Sejatinya segala harta yang ada di dunia ini hanyalah titipan dari Allah SWT. Titipan ialah sesuatu yang bersifat sementara dan kita tidak punya hak milik atasnya. Karena semua hanyalah titipan semata, maka selayaknya tak perlu bersedih jika pemilik aslinya mengambil kembali titipan tersebut. Dan perlu diingat bahwa kepemilikan sejati hanyalah milik Allah SWT.
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطًاࣖ ١٢٦
Artinya : “Hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS An-Nisa [4]: 126)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Kepemilikan Allah SWT meliputi segala sesuatu yang ada di dunia ini. Baik itu yang berada di atas langit ataupun di bumi bahkan di bagian terbawah bumi. Baik itu harta yang berbentuk barang ataupun keluarga dan orang terdekat kita. Karena itulah tidak sepantasnya kita menyombongkan hal yang hanya dititipkan kepada kita. Selain itu, karena harta hanyalah titipan maka kita jangan terlalu mencintainya agar tidak merasakan kesedihan yang teramat dalam ketika harta tersebut luput dari tangan kita.
Bagaimana sikap kita terhadap titipan?
1. Menjaga Titipan Sebaik Mungkin
Harta yang ada pada kita saat ini hanyalah titipan dari Allah SWT. Kita hanya bertugas sebagai penjaganya. Sebagai penjaga titipan, kita harus memastikan bahwa titipan tersebut digunakan untuk hal-hal kebaikan. Harta merupakan salah satu hal yang akan dihisab pada hari akhir nanti. Karena itu kita harus menggunakan harta untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat. Sebab semua ini adalah titipan, maka kita harus bertanggung jawab dengan sebaik mungkin. Kita ikuti keinginan-Nya dan perintah-Nya agar Ia senang dan bangga terhadap kita.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).
2. Tidak Terlalu Mencintainya
Jika tidak ingin merasakan kehilangan, maka jangan pernah merasa memiliki. Sebenarnya kita tidak pernah benar-benar kehilangan apapun dan siapapun jika kita memahami bahwa segala sesuatu di dunia ini adalh milik Allah SWT. Jika kita tidak memiliki apapun, bagaimana bisa kita mengakui telah kehilangan sesuatu?
Kesehatan, kekayaan, dan orang-orang yang kita cintai adalah berkah yang dipinjamkan Allah SWT, namun tak jarang manusia lupa berkah tersebut hanyalah titipan yang dapat diambil kapan pun. Sehingga mereka merasa bahwa hal itu adalah sepenuhnya milik mereka. Dan jika hal itu diambil oleh Allah SWT, tak jarang mereka akan marah dan memberontak.
3. Tidak Sombong
Segala yang melekat pada diri kita bukanlah benar-benar milik kita. Semua itu dapat sewaktu-waktu diambil kembali oleh Allah SWT. Segalanya dapat meninggalkan kita atau kita yang pergi meninggalkannya. Karena hal itu bersifat fana dan hanyalah sementara. Hanya amalan sholehlah yang akan kekal abadi sebagai teman kita kelak. Lantas apa yang perlu disombongkan jika semua ini hanyalah titipan dan bersifat sementara?
Allah SWT membenci orang yang memiliki sifat sombong. Hal ini tercatat dalam salah satu ayat di dalam al-qur’an.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ ١٨
Artinya : “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (QS Luqman [31]: 18)