Isra’ mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting dalam ajaran Islam. Peristiwa ini merupakan salah satu tanda bukti kebesaran Allah SWT. Hal ini mengingat singkatnya waktu yang ditempuh dalam perjalanan isra’ mi’raj dari masjidil haram menuju masjidil aqsha dan berlanjut hingga ke sidratul muntaha. Yang mana perjalanan tersebut hanya memakan waktu semalam saja, tentu hal ini sulit diterima akal manusia.
Isra’ mi’raj sejatinya merupakan dua peristiwa, yaitu peristiwa isra’ dan mi’raj. Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari masjidil haram (Makkah) menuju masjidil aqsha (Yerussalem). Sedangkan mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW naik hingga langit ketujuh menuju sidratul muntaha.
Dalil Isra’ Mi’raj
Peristiwa isra’ mi’raj ini juga tertulis di dalam Al-Qur’an, tepatnya pada surat Al-Isra’ ayat 1 dan An-Najm ayat 13-18.
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ١
Artinya : “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.s Al-Isra’ [17]: 1)
وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ ١٣عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى ١٤عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ ١٥اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ ١٦مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى ١٧لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى ١٨
Artinya :
Kisah Singkat Isra’ Mi’raj
Peristiwa isra’ mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Tahun tersebut juga dikenal dengan sebutan amul huzni. Sebutan tersebut tentu karena beberapa peristiwa yang menimpa Nabi Muhammad SAW menimbulkan kesedihan. Beberapa peristiwa tersebut yaitu, meninggalnya Siti Khodijah dan Abu Thalib, perlakuan kaum Quraisy yang semakin memburuk, dan perlindungan yang tidak lagi didapatkan Nabi Muhammad SAW dari kabilahnya.
Pada malam itu, Nabi Muhammad SAW pergi bersama malaikat Jibril dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dengan menunggangi buraq. Sesampainya di Masjidil Aqsha, Rasulullah SAW menunaikan shalat sunnah dua rakaat. Terdapat riwayat yang menyatakan bahwa pada saat itu Rasulullah SAW menjadi imam bagi para malaikat dan nabi sebelumnya.
Setelah itu, Rasulullah SAW bersama malaikat Jibril pergi ke langit hingga lapisan ketujuh. Rasulullah SAW bertemu dengan nabi yang berbeda pada setiap lapisan langit. Pada langit pertama, beliau bertemu dengan Nabi Adam a.s. Pada langit kedua, bertemu dengan Nabi Yahya a.s dan Nabi Isa a.s. Pada langit ketiga, beliau bertemu Nabi Yusuf a.s. Pada langit keempat, bertemu dengan Nabi Idris a.s. Di langit kelima, bertemu dengan Nabi Harun a.s. Di langit keenam bertemu Nabi Musa a.s. Dan pada langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s.
Rasulullah SAW selalu disapa oleh setiap nabi yang ditemuinya. Kemudian malaikat Jibril mengatakan bahwa ia hanya bisa mengantar sampai pada lapisan langit ketujuh saja, ia tidak bisa mengantarkan Rasulullah SAW menuju sidratul muntaha. Akhirnya, Rasulullah SAW pergi ke sidratul muntaha seorang diri.
Di sidratul muntaha, Rasulullah berbicara langsung dengan Allah SWT tanpa perantara apapun. Kemudian Rasulullah menerima perintah shalat yang awalnya harus dilakukan sebanyak 50 kali dalam sehari. Dan akhirnya, Rasulullah turun dan kembali bertemu dengan Nabi Musa a.s. Nabi Musa menanyakan terkait perintah Allah kepada Nabi Muhammad. Kemudian Rasulullah mengatakan bahwa ia menerima perintah shalat 50 kali dalam sehari. Mendengar hal itu, Nabi Musa menyarankan untuk meminta keringanan karena kelak umat Rasulullah tidak akan mampu. Kemudian Rasulullah beberapa kali kembali ke sidratul muntaha untuk meminta keringanan kepada Allah sehingga Allah memerintahkan untuk melaksanakan shalat 5 waktu dalam sehari.
Wallahu a’lam bishawab.