Oleh : Al Ustadz Dudi Abu Yahya
{ Ketua Forum Komunikasi Majelis taklim }
Setiap Hamba pasti menginginkan kebahagian Hidup, banyak cara yang ditempuh untuk mendapatkan kebahagian tersebut.
Berbicara tentang bagaimana cara meraih kebahagian hidup,Jauh – jauh hari Rasul Shollallahu ‘alaihi wasalam telah menjelaskan kepada kita didalam do’a yang beliau ajarkan disetiap memasuki waktu pagi hari.
Dimana didalam Doa tersebut terdapat 3 kunci penting didalam meraih kebahagian.
Nabi صلى الله عليه و سلم berdoa setiap pagi, dengan doa:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan
amal yang diterima“. { HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu as-Sunni }
3 KUNCI MERAIH KEBAHAGIAN
Kunci Pertama : علما نا فعا (Ilmu yang bermanfaat)
Yang dimaksud dengan ilmu yang bermanfaat adalah setiap Ilmu yang mendatangkan keridhoan Allah dan bisa menghantarkan pemiliknya kedalam kesurga.
Maka ilmu yang bermanfaat benar-benar akan menjadikan sebab kemulian bagi setiap orang yang memilikinya. Dan Allah akan meninggikan derat orang berilmu lebih tinggi beberapa derajat dari orang mukmin yang kurang berilmu.
Hal ini sebagaimana Allah jelaskan didalam Firman-Nya :
“Allah akan meninghikan orang – orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
{QS. Al Mujadalah : 11}
Disamping itu Allah juga menjadikan ukuran kebaikan itu berdasarkan kepada ilmu Din yang didapatkan oleh seorang hamba.
Barangsiapa yang paham terhadap Ilmu agama maka ia telah mendapatkan kebaikan yang banyak.
Hal ini sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Rasulullah Shollallahu alaihiwasalam dalam sabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki dengannya kebaikan, maka ia akan difahamkan dalam masalah agama { HR. Al-Bukhari dalam kitab “Al-‘Ilmu” bab “Man Yuridillahu bihi Khairan Yufaqqihhu-fiddin” no. 71 dan Muslim dalam kitab “Az-Zakat” bab “An-Nahyu ‘anil Mas’alah” no.1037 }
Kunci Kedua : و رزقا طيبا (Rizki Yang Baik)
Mendapatkan rizki yang baik dan halal adalah perkara yang sangat sangat penting bagi seorang mukmin.
maka memperhatikan dari mana sumber rizki dan jenis rizki yang didapatkan merupakah perkara yang wajib bagi orang orang yang beriman sebelum mereka beramal sholeh.
Rizki yang thoyyib itu adalah setiap rizki yang dzat dan cara mendapatkan tidak bertentangan dengan syariat syariat Allah.
Berkenaan dengan Rizki yang Thoyyib, Allahpun telah menyebutkannya didalam Al Qur’an.
Allah berfirman :
“Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
{ QS. Al Mu’minun: 51 }
Didalam ayat diatas dengan jelas Allah menyatakan bahwa memperhatikan makanan halal sebelum beramal sholeh adalah 2 hal yang tidak akan terpisahkan dan makanan yang halal merupakan syarat penting dari diterimanya sebuah amal dan juga sarana yang paling penting didalam mendorong seseorang untuk melakukan Amalan sholeh.
Kunci Ketiga : وعملا متقبلا (Amalan yang diterima)
Diterimanya setiap amalan yang telah dikerjakan merupakan harapan setiap orang – orang mukmin.
Maka beruntungkan setiap orang yang amal kebaikannya diterima oleh Allah.
Secara Umum Para ulama menjelaskan bahwa ada 2 syarat penting diterimanya Amal.
Agar ibadah diterima di sisi Allah, haruslah terpenuhi dua syarat, yaitu:
Pertama : Ikhlas karena Allah.
Kedua : Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (ittiba’) .
Jika hanya salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka amalan ibadah menjadi tertolak.
Dalil dari dua syarat di atas disebutkan sekaligus dalam firman Allah Ta’ala,
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“.”
{ QS. Al Kahfi: 110 }
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“ Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen). Dan “janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ”
{ Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 9/205, Muassasah Qurthubah }
Al Imam Fudhail bin ‘Iyadh tatkala menjelaskan mengenai firman Allah,
“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
{ QS. Al Mulk: 2 }, beliau mengatakan, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab (mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”
Lalu Al Fudhail berkata, “ Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima. Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan showab. Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-mata karena Allah. Amalan dikatakan showab apabila mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam .”
{ Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rojab Al Hambali, Darul Muayyid, cetakan pertama, 1424 H }
Disamping 2 Syarat diatas para ulama juga ada syarat ketiga yang juga tidak kalah penting,Yaitu memakan makanan yang halal sebelum mengerjakan amalan sholeh.
Hal ini juga sudah ditegaskan oleh Rasul shollallahu ‘alaihiwasallam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (halal). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.’” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?”
{ HR. Muslim no. 1015 }
Mari kita Raih ketiga kunci kebahagian diatas dengan selalu berdoa dan berikhtiyar dipagi hari.
Wallahua’alam bishowab
~ Stabat,4 Febuari 2017.
Radio AKA Dakwah FKMT ~
Reporter : ✍ Syamil El Syuhada’