Lisan adalah salah satu nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Denga lisan manusia dapat berkomunikasi antar satu sama lain. Namun, disamping itu lisan dapat menjadi sesuatu yang menimbulkan keburukan bagi manusia. Oleh sebab itu, Islam menekankan untuk selalu berhati-hati atas lisan kita. Karena lisan yang tidak dijaga dengan baik dapat merugikan diri kita sendiri atau bahkan orang lain.
Allah SWT mengingatkan kepada manusia untuk berhati-hati dalam berkata karena setiap perkataan akan dipertanggungjawabkan. Allah berfirman dalam Q.S Qaf ayat 18.
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ١٨
Artinya : “Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (Q.S Qaf [45]: 18)
Dalam ayat ini ditegaskan agar manusia senantiasa menjaga setiap perkataan yang keluar dari lisannya. Karena malaikat akan selalu mencatat segala sesuatu yang terucap, baik itu suatu hal yang baik ataupun buruk. Maka dari itu, sebagai muslim kita harus selalu berhati-hati dalam berucap. Pastikan ucapan yang keluar dari lisan kita adalah ucapan-ucapan yang baik sehingga mendatangkan ridho Allah ta’ala.
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan kepada orang yang beriman agar selalu mengatakan perkataan yang benar.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ٧٠يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ٧١
Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.” (Q.S Al-Ahzab [33]: 70-71)
Selain ayat al-qur’an, banyak juga hadits yang menekankan kepada umat muslim untuk menjaga lisannya.
Rasulullah SAW memberikan pedoman yang sangat jelas tentang pentingnya menjaga lisan dalam hadits:
إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ
Artinya : “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang ia tidak memikirkan akibatnya, dan karena satu kalimat itu, ia terjatuh ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ucapan yang terucap tanpa pertimbangan dapat berdampak besar, bahkan menjadi sebab seseorang terjerumus ke dalam dosa besar.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya :“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa berbicara yang baik atau diam adalah tanda keimanan seseorang. Ucapan yang tidak mengandung kebaikan dapat menjadi dosa jika tidak dijaga. Maka jika sekiranya sesuatu yang hendak kita ucapkan bukanlah perkataan yang baik.
Imam An-Nawawi memberikan nasihat penting tentang bagaimana seseorang harus berhati-hati sebelum berbicara:
يَنْبَغِي لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَتَكَلَّمَ أَنْ يَفَكِّرَ قَبْلَ كَلَامِهِ، فَإِنْ ظَهَرَتِ الْمَصْلَحَةُ تَكَلَّمَ، وَإِلَّا فَإِنْ شَكَّ تَوَقَّفَ
Artinya : “Hendaknya bagi seseorang yang hendak berbicara untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Jika tampak adanya kemaslahatan, maka berbicaralah, namun jika ragu, maka tahanlah diri dari berbicara.” (Al-Adzkar, Imam An-Nawawi)
Menjaga lisan adalah salah satu bukti bahwa kita taat terhadap perintah-Nya. Rasulullah SAW pun mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menjaga lisan dari perkataan yang kurang atau bahkan tidak memiliki nilai positif. Karena dengan terjaganya lisan dari perkataan yang buruk dapat menggambarkan mulianya akhlaq yang dimiliki seorang muslim. Oleh karena itu, mari kita senantiasa mengatakan suatu perkara yang baik dan menghindari segala perkataan yang buruk.
Wallahu a’lam bishawab.