Al-Qur’an merupakan pedoman bagi kehidupan umat manusia khususnya umat muslim. Isi di dalam Al-Qur’an secara umum meliputi akidah, ibadah, akhlaq, hukum, dan kisah.
Al-Qur’an tidak hanya berisi hukum saja, di dalamnya juga terdapat kisah-kisah orang terdahulu agar bisa diambil pelajaran bagi umat setelahnya. Salah satu kisah di dalam Al-Qur’an yang sangat masyhur adalah kisah Luqman dan anaknya.
Siapakah sosok Luqman?
Ibnu Katsir berpendapat mengenai nama asli Luqman yaitu Luqman bin Unaqa bin Sadun. Ia mendapat julukan Luqman Al Hakim karena nasihat-nasihat bijaknya. Sedangkan mengenai asal-usul Luqman ini terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa riwayat. Menurut riwayat Ibnu Abbas, Luqman adalah seorang tukang kayu yang berasal dari Habsy atau Ethiopia. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Luqman hidup pada zaman Nabi Daud a.s.
Luqman bukanlah seorang keturunan nabi, raja, atau keluarga terpandang, tetapi namanya abadi di dalam Al-Qur’an bahkan sebagai salah satu nama surat di dalam Al-Qur’an. Luqman dikenal sebagai orang tua yang bijaksana. Ia terkenal dengan nasihat dan petuah bijak yang disampaikan kepada anaknya yang bahkan juga diabadikan dalam Al-Qur’an.
Luqman bersama anak dan keledainya
Salah satu kisah yang terkenal megenai sosok Luqman dan anaknya adalah kisah Luqman dan keledainya. Pada suatu hari Luqman mengajak anaknya untuk berjalan-jalan keluar rumah dengan keledainya. Luqman berkata kepada anaknya “Wahai putraku! Lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus lakukan hingga kau mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan omongan dan cacian orang, Sebab takkan pernah ada jalan untuk membuat mereka semua lega dan terima. Takkan pula ada cara untuk menyatukan hati mereka.”
Luqman mulai menunggangi keledainya sedangkan anaknya berjalan menuntun keledai tersebut. Seketika orang-orang yang mendapati pemandangan tersebut berkomentar, “Sungguh bodoh dan egois orang tua itu, masak dia duduk dengan nyaman di atas keledainya sedangkan anak itu menuntun keledai.” Mendengar komentar orang-orang tetang dirinya tersebut, Luqman-pun berkata kepada anaknya, “Puteraku, coba kau dengar, apa yang mereka katakan tentang kita.”
Setelah itu, Luqman meminta anaknya untuk bergantian posisi. Jadilah sekarang Luqman yang berjalan kaki sementara anaknya menunggangi keledai. Di tengah perjalanan, Luqman dan anaknya kembali menjadi sorotan dan bahan pembicaraan orang. “Sungguh buruk perangai dan akhlak anak itu, masak orang tua dibiarkannya berjalan menuntun keledai, sementara dia duduk manis di punggung keledai.” Mendengar komentar orang mengenai dirinya, Luqman kembali berkata kepada anaknya, “Anakku, dengarlah sekali lagi, apa saja yang mereka katakan.”
Setelah melewati orang-orang tersebut, akhirnya Luqman meminta anaknya untuk bersama-sama menunggangi keledai. Namun, ia kembali menjadi sorotan dan menerima komentar negatif dari orang-orang yang dilewatinya, “Betapa dungu dan egois bapak dan anak itu! kasihan sekali keledai tunggangan mereka yang kecil dan kurus begitu dinaiki berdua” Mendengar komentar tersebut, Luqman kembali berkata kepada anaknya dengan lembut, “Dengar dan perhatikan dengan seksama, apa yang mereka katakan, anakku.”
Kemudian, Luqman mengajak anaknya turun dari keledai. Kini keduanya berjalan kaki dan menuntun keledainya bersama. Ditengah perjalanan, mereka kembali bertemu dengan orang-orang yang masing-masing mempunyai ekspresi berbeda demi melihat perilaku Luqman dan anaknya.”Sungguh dungu bapak dan anak itu! Sama-sama berjalan menuntun keledai, kenapa keledainya tidak dinaiki saja biar perjalanannya tidak melelahkan!? Atau setidaknya si anakkah yang dinaikkan , biar bapaknya yang menuntun keledainya.” “Anakku, kau dengar sendiri bukan, semua perkataan mereka kepada apa yang kita lakukan dari awal!? Dimata mereka, tidak ada satupun tindakan kita yang benar. Semua salah!” Kata Luqman kepada anaknya.
Pesan dari kisah in adalah kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang. Apapun yang kita lakukan akan selalu salah bagi orang yang tidak menyukai kita. Kita memang tidak perlu membuat semua orang senang terhadap kita, kita hanya perlu melakukan apapun yang bermanfaat untuk diri kita dan agama kita.
Wallahu a’lam bishawab.