Setiap orang pastilah pernah menghadapi masalah. Kadang, manusia merasa berat menanggung masalah yang menimpanya. Bahkan muncul rasa putus asa dan ingin menyerah. Saat keadaan semakin sulit, tak jarang orang ingin lari dari masalah dan bahkan ingin menyudahi hidupnya.
Rasa putus asa adalah salah satu bujuk rayu setan kepada manusia supaya manusia tak lagi mengharap bantuan kepada Allah. Padahal sebenarnya putus asa adalah sifat orang kafir. Sebagaimana yang telah termaktub dalam surat Yusuf ayat 87:
يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Semua boleh kalah, tapi jangan pernah menyerah
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Q.S. Al-Ankabut:2-3)
Hal-hal baik yang datang
Dalam setiap ujian, seberapa beratnya pasti ada hikmah dibaliknya. Dan bagi seseorang yang sabar akan musibahnya maka ia akan menuai buah dari kesabarannya tersebut. Terkadang kita merasa tak suka jika apa yang terjadi tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun, Allah itu tidak sesederhana keinginan kita. Pastilah Allah beri hikmah dibalik semua masalah. Adapun hikmah dibalik sabar saat ditimpa ujian adalah:
1. Mendapat kedudukan di muka bumi
Dikatakan kepada Imam Syafi’I rahimahullah, “Manakah yang lebih utama, sabar, cobaan atau kedudukan: maka beliau menjawab, “Kedudukan adalah derajat para Nabi, dan tidak akan mendapatkan kedudukan kecuali setelah mendapatkan ujian. Kalau dia mendapatkan cobaan (ujian), maka dia akan bersabar. Kalau dia bersabar, maka dia akan mendapatkan kedudukan.
2. Sebagai penebus dosa-dosa
Diriwayatkan oleh Tirmizi, (2399) dari Abu Hurairah radhiallahunahu berkata, Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَة
رواه الترمذي (2399) وصححه الألباني في “السلسلة الصحيحة” (2280) .
“Cobaan senantiasa menimpa kepada orang mukmin lelaki dan wanita kepada dirinya, anaknya dan hartanya, sampai dia bertemu dengan Allah, sementara dia tidak ada kesalahannya (dosanya),” HR. Tirmidzi, (2399) dinyatakan shoheh oleh Albani di ‘Silsilah Shahihah, (2280).
3. Diangkat derajatnya
Hal ini sebagaimana ujian yang ditimpahkan kepada nabi Ibrahim. Dalam sejarah dikisahkan bahwa perjalanan hidup nabi Ibrahim selalu diwarnai dengan ujian dan cobaan yang terus menerus, beliau harus menghadapi raja Namrud yang membakarnya, beliau harus pula mengurbankan nyawa anak yang didamba-dambakan. Semua cobaan dan ujian itu dihadapi nabi Ibrahim dengan sabar hingga akhirnya Allah mengangkat derajatnya menjadi kekasihnya (khalil Allah).
Bagi sesiapa yang sabar dalam ujiannya, maka ia akan memperoleh balassan berupa pahala yang lebih baik dan tanpa batas. Serta hal-hal baik akan datang padanya. Seperti ketenangan, berkah, serta kebaikan lain.
Untungnya, bumi masih berputar
Untungnya, ku tak pilih menyerah
Untungnya ku bisa rasa hal-hal baik yang datangnya belakangan
Memanglah menyerah tampak mudah. Namun jika kita mau bersabar sedikit saja, maka kita akan mendapat balasan kebaikan dari Allah ta’ala. Insya Allah.