Sholat merupakan salah satu kewajiban kita sebagai umat muslim. Mendirikan sholat lima waktu merupakan bentuk ketaatan seorang hamba kepada Rabbnya. Namun dalam beberapa situasi tertentu, Islam memberikan kemudahan dengan adanya konsep jamak dalam sholat. Pengertian sholat jamak yaitu menggabungkan dua waktu sholat menjadi satu waktu. Sholat jamak ini menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama yang menyulitkan umatnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Pengertian Sholat Jamak
Sholat jamak adalah melaksanakan dua Sholat fardhu dalam satu waktu. Misalnya melaksanakan sholat dhuhur dan ashar pada waktu dhuhur. Tidak semua sholat fardhu boleh dijamak, terdapat empat sholat fardhu yang boleh dijamak pada situasi tertentu yaitu sholat dhuhur dengan ashar dan sholat maghrib dengan isya’. Dalam Islam, jamak terbagi menjadi dua jenis yaitu jamak taqdim dan jamak ta’khir.
1. Jamak Taqdim
Jamak taqdim adalah menggabungkan dua sholat pada waktu sholat yang pertama. Contohnya yaitu melaksanakan sholat dhuhur dan ashar pada waktu dhuhur atau melaksanakan sholat maghrib dan isya’ pada waktu maghrib. Adapun untuk niat sholat jamak taqdim pada waktu dhuhur adalah sebagai berikut.
أُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِأربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع العَصْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى
Artinya: “Aku sengaja sholat fardhu Dzuhur 4 rakaat yang dijamak dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala,”
Setelah melaksanakan sholat Dzuhur, dilanjut dengan Ashar sambil membaca niat berikut,
أُصَلِّي فَرْضَ العَصْرِ أربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع الظُّهْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى
Artinya: “Aku sengaja sholat fardhu Ashar 4 rakaat yang dijamak dengan Dzuhur, fardu karena Allah Ta’aala,”
2. Jamak Ta’khir
Jamak ta’khir adalah menggabungkan dua sholat pada waktu sholat yang terakhir. Contohnya yaitu melaksanakan sholat dhuhur dan ashar pada waktu ashar atau melaksanakan sholat maghrib dan isya’ pada waktu isya’. Dalam jamak ta’khir, sholat yang dilaksanakan tidak harus berurutan, boleh memulai dengan salah satu dari dua sholat yang dijamak tersebut. Aadapun niat untuk jamak ta’khir pada waktu isya’ yaitu sebagai berikut.
اُصَلِى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَأخِيْرًا مَعَ العِشَاءِ فَرْضًا للهِ تََعَالَى
Artinya: “Aku sengaja sholat fardhu Maghrib 3 rakaat yang dijamak dengan Isya , dengan jamak takhir, fardu karena Allah Ta’aala.”
Kemudian berdiri dan berniat sholat Isya jamak takhir dengan membaca niat sebagai berikut,
اُصَلّى فَرْضَ العِسَاءِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَأخِيْرًا مَعَ المَغْرِبِ فَرْضًا للهِ تََعَالَى
Artinya: “Aku berniat sholat Isya 4 rakaat yang dijamak dengan Maghrib, dengan jamak takhir, fardhu karena Allah Ta’aala,”
Dalil Menjamak Sholat
Aadapun salah satu dalil yang membolehkan sholat jamak yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik.
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ الْعَصْرِ ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا فَإِنْ زَاغَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ. [متّفق عليه]
Artinya: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berangkat dalam bepergiannya sebelum tergelincir matahari, beliau mengakhirkan shalat Dzuhur ke waktu shalat Ashar; kemudian beliau turun dari kendaraan kemudian beliau menjamak dua shalat tersebut. Apabila sudah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat, beliau shalat dzuhur terlebih dahulu kemudian naik kendaraan.” [Muttafaq ‘Alaih]
Syarat Menjamak Sholat
1. Dalam Perjalanan (safar)
Menurut mayoritas ulama’, jarak minimal perjalanan yang memperbolehkan jamak adalah sekitar 77-80 km. Namun terdapat beberapa pendapat terkait detail jaraknya. Adapun pejalanan yang dimaksud adalah perjalanan yang bukan dalam rangka maksiat.
2. Hujan atau Cuaca Ekstrem
Saat terjadi hujan lebat atau cuaca ekstrem lainnya diperbolehkan untuk menjamak sholat karena kondisi tersebut dapat menyulitkan seseorang untuk pergi ke masjid. Namun dalam hal ini sholat jamak hanya boleh dilaksanakan di masjid dan secara berjamaah.
3. Sakit
Orang yang sakit, terutama jika sakitnya beraat atau sampai menyulitkannya untuk bergerak juga diperbolehkan untuk menjamak sholatnya. Islam memberikan kelonggaran kepada orang yang sakit agar tetap dapat menjalankan kewajibannya tanpa memberatkan dirinya.
4. Keadaan Darurat
Seseorang yang dalam pekerjaan tertentu yang bersifat darurat atau dalam kondisi bencana alam diperbolehkan menjamak sholat. Hal ini supaya tidak merasa kesulitan dalam melaksanakan ibadah.