Dua amalan sunnah yang kerap kali dilakukan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam diantaranya adalah sholat syuruq atau isyraq dan sholat dhuha.
Terkait status shalat syuruq dan sholat dhuha yang kerap dianggap sholat yang sama, para ulama berbeda pendapat. Menurut Imam Al-Hakim dalam kitab Mustadrak dan Tafsir Imam Ath-Thabari, salat dhuha sama dengan salat syuruq. Demikian juga dengan pendapat Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitab Liqa Al-Bab Al Maftuh.
“Salat isyraq (syuruq) adalah salat dhuha. Jika ditunaikan segera sejak matahari terbit dan meninggi seukuran tombak, maka dia disebut salat isyraq. Jika dilakukan pada akhir waktu atau pertengahan waktu, maka dia dinamakan salat dhuha. Akan tetapi, secara keseluruhan dia adalah salat dhuha.”
Demikian penjelasannya yang diterjemahkan oleh David Muhammad dalam buku ‘Shalat-shalat Tathawwu’.
Sementara, menurut Imam Al Ghazali, salat dhuha berbeda dengan salat syuruq meskipun waktunya berdekatan.
Alasannya karena waktu salat dhuha mulai dari matahari naik setinggi tombak hingga menjelang zuhur, sedangkan waktu salat syuruq adalah sejak matahari terbit, yaitu sejak terlewatnya waktu yang dilarang untuk salat.
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa shalat syuruq berbeda dengan shalat Dhuha, dalam arti shalat syuruq adalah kesunnahan tersendiri yang tidak sama dengan kesunnahan shalat Dhuha.
Secara status hukum, shalat syuruq dan shalat dhuha memiliki kedudukan yang sama, yakni hukumnya sunnah. Artinya, ada anjuran dari Rasulullah untuk melaksanakan shalat tersebut.
Dalam waktu pelaksanaannya, shalat syuruq dimulai saat matahari terbit denga ketinggian satu tombak sampai waktu yang diharamkan untuk shalat. Mudahnya, shalat syuruq dimulai 15 menit setelah matahari terbit.
Sedangkan shalat dhuha boleh dilaksanakan sejak matahari terbit sampai sebelum waktu dzuhur. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa,
كَانَ إِذَا أَشْرَقَتْ وَارْتَفَعَتْ قَامَ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَإِذَا انْبَسَطَتِ الشَّمْسُ وَكَانَتْ فِي رُبُعِ النَّهَارِ مِنْ جَانِبِ الْمَشْرِقِ صَلَّى أَرْبَعًا (رواه الترمذي والنسائي وابن ماجه من حديث علي)
Artinya: “Ketika matahari terbit dan mulai naik (satu atau dua tombak) maka Rasulullah ﷺ berdiri dan shalat dua rakaat; dan ketika matahari mulai menjulang tinggi dari arah timur dalam seperempat siang maka beliau shalat empat rakaat.” (HR at-Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah dari hadits Ali t). (Abdurrahman bin Husain al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Hamlil Asfâr fî Takhrîji Mâ fil Ihyâ’ ‘anil Akhbâr pada Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn, [Dârul Kutubil Islamiyyah], juz I, h. 197).
Untuk jumlah rakaat berdasarkan Mazhab Imam Abu Hanifah, sholat dhuha dikerjakan paling sedikit dua rakaat dan paling banyak 12 rakaat. Sedang sholat syuruq dilaksanakan sebanyak dua rakaat.
Keutamaan sholat syuruq
Keutamaan sholat Syuruq adalah sebagaimana pahala haji dan umrah yang sempurna, yakni bila dilakukan dalam rangkaian sholat Subuh secara berjamaah, lalu duduk berdzikir sampai terbit Matahari dan melakukan sholat Syuruq dua rakaat.
Keutamannya tersebut tertuang dalam hadis berikut ini:
مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَةٍ تَامَةٍ تَامَةٍ (رواه الترمذي. حسن)
Artinya: “Siapa saja yang shalat subuh secara berjamaah, kemudian duduk dengan berdzikir kepada Allah sampai terbit Matahari, kemudian sholat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR at-Tirmidzi. Hadits Hasan). (Al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Hamlil Asfâr juz I, halaman 337).
Keutamaan shalat dhuha
1. Sholat dhuha sebagai sedekah
Dari Abu Dzar, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
يُصْبِحُ علَى كُلِّ سُلَامَى مِن أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بالمَعروفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنِ المُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِن ذلكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُما مِنَ الضُّحَى
Artinya: “Setiap ruas dari anggota tubuh di antara kalian pada pagi hari, harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat disepadankan dengan mengerjakan sholat dhuha dua rakaat.” (HR Muslim)
2. Sholat Dhuha Merupakan Amalan Sunah Cadangan pada Hari Hisab
Abu Hurairah meriwayatkan hadits, bahwa Nabi SAW bersabda:
إنَّ أوَّلَ ما يُحاسَبُ به العَبْدُ يَوْمَ القِيامةِ مِن عَمَلِه صَلاتُه، فإن صلَحَتْ فقدْ أَفلَحَ وأَنجَحَ، وإن فَسَدَتْ فقدْ خابَ وخَسِرَ، فإن انْتَقَصَ مِن فَريضتِه شيءٌ قالَ الرَّبُّ تَعالى: انْظُروا هلْ لعَبْدي مِن تَطَوُّعٍ، فُيُكَمَّلُ بها ما انْتَقَصَ مِن الفَريضةِ، ثُمَّ يكونُ سائِرُ عَمَلِه على ذلك
Artinya: “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri hamba pada hari kiamat dari amalannya adalah sholatnya. Apabila benar (sholatnya) maka ia telah lulus dan beruntung, dan apabila rusak (sholatnya) maka ia akan kecewa dan rugi. Jika terdapat kekurangan pada sholat wajibnya, maka Allah berfirman, ‘Perhatikanlah, jikalau hamba-Ku mempunyai sholat sunnah maka sempurnakanlah dengan sholat sunnahnya sekadar apa yang menjadi kekurangan pada sholat wajibnya. Jika selesai urusan sholat, barulah amalan lainnya.” (HR An-Nasa’i, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
3. Dicukupi Kebutuhan Hidupnya
Dari Abu Darda, ia berkata bahwa Rasulullah SAW menjelaskan hadits Qudsi, Allah SWT berfirman:
يا ابنَ آدمَ اركعْ لي من أولِ النهارِ أربعَ ركَعاتٍ أكْفِكَ آخِرَه
Artinya: “Wahai anak Adam, rukuklah (sholatlah) karena Aku pada awal siang (sholat dhuha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari.” (HR Tirmidzi)
4. Diampuni Dosanya Meski Sebanyak Buih di Lautan
مَنْ حَافَظَ عَلَى شُفْعَةٍ الضُّحَى غُفِرَلَهُ ذُنُوْبَهُ وَ اِنْ كَانَتْ مِثْلُ زَبَدِ الْبَخْرِ
Artinya: “Barang siapa yang menjaga sholat dhuha, maka dosa dosanya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
5. Dibangunkan Istana di Surga
Hadits keutamaan sholat dhuha lainnya berasal dari Anas bin Malik yang mengatakan bahwa Rasullah SAW bersabda,
مَن صلَّى الضّحى ثِنْتَيْ عشرة ركعة بَنى الله له قَصرا من ذَهب في الجنَّة
Artinya: “Barang siapa sholat dhuha dua belas rakaat, maka Allah akan membangun baginya istana dari emas di surga.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Demikian adalah sedikit penjelasan terkait shalat sunnah syuruq dan dhuha. Wallahu a’lam bissawab.