Berbaik sangka membuat hidup akan terasa lebih tenang karena terhindar dari pikiran-pikiran negatif. Menjalani hidup akan terasa tidak nyaman apabila kita selalu curiga terhadap orang lain. Dengan berbaik sangka kepada orang lain dapat menciptakan hubungan sosial yang harmonis. Terlebih apabila kita selalu berbaik sangka kepada Allah SWT tentunya hanya rasa tenang dan damai yang tercipta.
Husnudzon atau berbaik sangka sangatlah penting dimiliki setap manusia khususnya umat Islam. Sebagai seorang muslim kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah SWT atas apapun yang terjadi pada diri kita. Percayalah bahwa setiap cobaan, musibah, atau nikmat yang menimpa kita tentu menyimpan hikmah dibaliknya. Dengan selalu berbaik sangka kepada Allah, kita akan merasa tenang dan lebih yakin dalam menalani kehidupan.
Dasar-dasar Berprasangka Baik dalam Islam
Agama Islam menekankan tentang pentingnya untuk selalu berprasangka baik kepada siapapun terutama kepada Allah. Seperti dijelaskan dalam al-qur’an dan hadits Nabi SAW.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Hujurat [49]: 12)
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa sebagai seorang mukmin kita idak boleh berburuk sangka kepada siapapun. Berburuk sangka merupakan salah satu perbuatan yang dapat menmbulkan dosa.
Selain dalam al-qur’an, Islamjug membahas pentingnya berbaik sangka dalam hadits.
أنا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بي، وأنا معهُ إذا ذَكَرَنِي، فإنْ ذَكَرَنِي في نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي، وإنْ ذَكَرَنِي في مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ في مَلَإٍ خَيْرٍ منهمْ
Artinya: “Sesungguhnya Aku berdasarkan pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku akan selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia berzikir mengingat-Ku dalam sebuah perkumpulan, maka Aku akan sebut-sebut dia dalam sebuah perkumpulan yang lebih baik dari mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengapa Harus Berbaik Sangka?
Berprasangka baik kepada Allah adalah kunci ketenangan hidup bagi seorang Muslim. Dengan meyakini bahwa setiap takdir yang ditetapkan-Nya mengandung kebaikan, meskipun tampak sulit, hati akan lebih lapang menerima ujian. Allah berfirman bahwa apa yang kita anggap buruk bisa jadi membawa kebaikan, dan sebaliknya (QS. Al-Baqarah: 216). Prasangka baik juga mendatangkan rahmat, karena Allah berfirman bahwa Dia sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Sikap ini mendorong kita untuk optimis, bersabar, dan yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik, meski kita belum memahami hikmahnya.
Cara Menguatkan Husnudzon
Menguatkan prasangka baik kepada Allah dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, memahami Asmaul Husna, yaitu nama-nama Allah yang menunjukkan kebesaran dan kasih sayang-Nya, membantu kita meyakini bahwa segala takdir memiliki hikmah. Kedua, sering merenungi nikmat Allah dalam kehidupan kita menumbuhkan rasa syukur, yang memudahkan kita untuk selalu berprasangka baik. Ketiga, memperbanyak doa dan istighfar mendekatkan kita kepada Allah dan membangun keyakinan bahwa Dia selalu mendengar dan mengampuni. Keempat, bersabar dalam menghadapi ujian membuat kita lebih tenang menerima setiap ketetapan-Nya. Terakhir, selalu tawakal setelah berusaha maksimal.