Menjaga keistiqomahan atau konsistensi dalam menjalani nilai dan prinsip agama merupakan tantangan yang signifikan, terutama bagi pemuda di era mlenial. Era digital dengan kemajuan teknologi dan akses infomasi yang tak terbatas seringkali membawa dampak besar terhadap pola pikir dan perilaku pemuda.
Salah satu ciri pemuda yang menjaga keistiqomahan di era milenial adalah menjadi pemuda yang rajin dalam mencari ilmu, baik ilmu syar’i maupun disiplin ilmu lain yang bermanfaat bagi kehidupan dan dapat menunjang dalam beribadah kepada Allah SWT.
Seorang pemuda sudah sepatutnya memiliki karakter yang luhur. Seorang pemuda harus bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, menjaga batasan dengan lawan jenis, berpikir inovatif, produktif dan memiliki pandangan futuristik. Tidaklah dikatakan sebagai pemuda yang baik jika masih malas, nonproduktif, dan tidak memanfaatkan waktu mudanya untuk melakukan hal-hal yang positif. Seorang pemuda muslim milenial harus mampu memberi pengaruh yang baik bagi umat dan masyarakat.
Sepeninggalnya Rasulullah SAW, beliau mewariskan banyak ilmu syar’i yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman dan petunjuk kita dalam menuju kebenaran dan kebaikan. Dalam hal ini, Imam Asy-Syafi’i rahimahullah memberikan nasihat yang berharga, “Demi Allah, hidupnya pemuda itu dengan ilmu dan takwa. Jika keduanya tidak ada, maka keberadaannya tidak dianggap ada.”
Syekh Ibnu Baz berfatwa:
ولقد علم أعداء الإسلام هذه الحقيقة ، فسعوا إلى وضع العراقيل في طريقهم ، أو تغيير اتجاههم ، إما بفصلهم عن دينهم ، أو إيجاد هوة سحيقة بينهم وبين أولي العلم ، والرأي الصائب ، في أمتهم ، أو بإلصاق الألقاب المنفِّرة منهم ، أو وصفهم بصفات ونعوت ، غير صحيحة ، وتشويه سمعة من أنار الله بصائرهم في مجتمعاتهم ، أو بتأليب بعض الحكومات عليهم “
“Musuh-musuh Islam telah mengetahui fakta ini. Mereka pun berusaha merintangi jalan para pemuda muslim, mengubah pandangan hidup mereka, baik dengan memisahkan mereka dari agama, menciptakan jurang antara mereka dengan ulama dan norma-norma yang baik di masyarakat. Mereka memberikan label yang buruk terhadap para ulama sehingga para pemuda menjauh, menggambarkan mereka dengan sifat dan karakter yang buruk, menjatuhkan reputasi para ulama yang dicintai masyarakat, atau memprovokasi penguasa untuk berseberangan dengan mereka.” (Fatwa Syekh Ibnu Baz, 2: 365)
Pemuda di setiap umat adalah tulang punggung yang membentuk komponen pergerakan. Karena mereka memiliki kekuatan yang produktif dan kontribusi (peran) yang terus-menerus. Dan pada umumnya, tidaklah suatu umat akan runtuh, karena masih ada pundak para pemuda. Jika pemudanya kuat maka kuat pula suatu negeri, begitupun sebaliknya. Jika pemudanya lemah, maka runtuhlah negerinya.
Maka, pemuda yang dijanjikan akan mendapatkan naungan dari Allah Ta’ala ialah yang memiliki peran penting dalam mengambil posisi strategis baik dalam hal keilmuan agama, disiplin ilmu, dan kebermanfaatan di lingkungan masyarakat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah (kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran).” (HR. Ahmad, 2: 263; Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, 17: 309; dan lain-lain. Dinilai sahih dengan berbagai jalurnya oleh Syeh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 2843.)
Inilah pemuda yang dicintai Allah SWT, yakni pemuda yang selalu berada dijalan Allah dan tidak menyimpang dari kebenaran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”[4].
Hadits yang agung ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda muslim sekaligus menjelaskan keutamaan besar bagi seorang pemuda yang memiliki sifat yang disebutkan dalam hadits ini.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang yang mendapat naungan dari Allah ‘azza wa jalla. Aamiin.