Kegigihan, ketulusan, dan kebaktian tergambar jelas di dalam diri Uwais Al-Qarni. Seorang pemuda yang terkenal di langit berkat ketaqwaan pada Allah kebaktian kepada ibunya. Uwais Al-Qarni adalah seorang pemuda yang berasal dari desa Qarn, Yaman.
Uwais dikenal dengan sifat-sifatnya yang sederhana dan kerendahan hatinya, serta kepatuhan yang mendalam kepada Allah SWT. Salah satu kisah terkenal tentangnya adalah pengorbanan yang besar untuk ibunya.
Dikisahkan bahwa Uwais Al-Qarni adalah pemuda yatim yang hanya hidup bersama ibunya yang buta dan lumpuh di sebuah desa di Yaman. Uwais tumbuh dalam keluarga yang taat beragama dan dididik dengan nilai-nilai kebaikan oleh ibunya. Ibu Uwais merupakan seorang wanita salehah yang mencurahkan cinta dan perhatian penuh kepada putranya.
Uwais bukan orang yang kaya, Uwais hidup dengan mengandalkan penghasilannya dari menggembala domba. Hasil yang ia dapatkan cukup untuk makan ia dan ibunya. Sedangkan apabila ada kelebihan, terkadang ia gunakan untuk menolong tetangganya yang juga kesusahan. Selebihnya Uwais sering berpuasa.
UWAIS BERTEMU DENGAN NABI SAW
Uwais memiliki keinginan kuat untuk bertemu dengan Rasulullah. Besar cintanya kepada Rasulullah membuatnya ingin pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah. Namun, dengan kondisi ibunya, Uwais merasa tak bisa untuk meninggalkan ibunya sendirian.
Akhirnya, pada suatu hari ia ungkapkan semua isi hatinya kepada ibunya dan meminta izin untuk bisa bertemu dengan Nabi Muhamamd SAW. Ibunya pun mengizinkannya untuk pergi ke Madinah. Ibunya berpesan kepada Uwais, "Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang."
Dengan hati gembira, Uwais berangkat menuju Madinah dan mendatangi rumah Rasulullah. Setibanya di depan rumah Rasulullah, Uwais mengetuk pintu. Namun saat pintu diketuk, bukan Rasulullah yang membukakan pintunya. Akan tetapi Aisyah RA. Uwais tak bisa menemui Rasulullah karena Rasulullah sedang dalam perang. Setelah menunggu cukup lama, Uwais teringat pesan ibunya untuk segera pulang. Ia kembali ke Yaman dengan perasaan kecewa karena tidak bisa menemui sang Rasulullah. Uwais juga tak bisa menunggu dengan waktu yang lebih lama lagi disebabkan kondisi ibunya yang ia tinggal sendirian.
Aisyah RA menjelaskan bahwa ada seorang pemuda dari Yaman yang datang ingin berjumpa dengan Rasulullah SAW. Namun, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan, ia tidak bisa menunggu kedatangan nabi dan memilih untuk pulang. Nabi Muhammad SAW lalu menjelaskan bahwa pemuda itu adalah penghuni langit. Beliau juga menceritakan kepada para sahabat, "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya." Beliau juga menyarankan untuk meminta doa dan istighfar darinya, sebab ia adalah penghuni langit dan bukan penduduk bumi.
MENGGENDONG IBUNYA KE MAKKAH
Ibunya yang sudah tua renta memunyai keinginan kuat untuk bisa pergi beribadah haji di Makkah. Uwais Al-Qarni sadar betul dengan kondisi ibunya yang demikian lemah maka ibunya tak dapat melakukannya sendiri. Atas besarnya rasa cinta kepada ibunya, Uwais bertekad untuk membawa bunya dapat pergi haji ke Baitullah.
Akhirnya Uwais Al Qarni mencari cara untuk membawa ibunya ke Makkah. Dia membuat kandang lembu di puncak bukit. Setiap hari, dirinya menggendong anak lembu naik turun bukit untuk memberinya makan. Latihan tersebut untuk membuat dirinya kuat menggendong ibunya dari Yaman ke Makkah.
Uwais Al-Qarni memulai perjalanannya dengan menggendong ibunya, menempuh ribuan kilometer menuju kota suci Makkah. Langkahnya tegap dan hatinya penuh keikhlasan, karena dia yakin bahwa perbuatan mulia ini adalah sebuah kewajiban dan jalan untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
Jalannya tak mudah. Hamparan pasir yang panas, dahaga menyerang, hingga panasnya sinar matahari menyengat kulitnya. Namun, semangat dan tekad Uwais tidak pernah goyah. Dia melintasi gurun pasir yang panas dan medan yang sulit, sambil membawa ibunya dengan penuh kasih sayang dan keberanian.
Sesampainya di Makkah, ketika Uwais sedang menunaikan ibadah haji bersama ibunya, Uwais berjalan menggendong ibunya wukuf di Ka'bah. Sang ibu meneteskan air mata setelah sampai di Baitullah.
Sang ibu cukup kaget dengan permintaan dan doa Uwais setelah mendengar apa yang diucapkan Uwais.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.
Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Seketika Allah SWT memberikan karunia untuknya, keinginan tulusnya dan cinta ibunya membuat ia sembuh dari penyakit kulitnya, dan tertinggal bulatan putih sebesar dua dirham di tengkuknya.
Bekas penyakit yang ditinggalkan tersebut ternyata membawa hikmah dan tujuan kebaikan. Tanda tersebut teruntuk Umar Bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Rasulullah untuk mengetahui Uwais Al-Qarni.
Rasul pernah berpesan kepada dua sahabatnya "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”
Siapakah dia? Dia adalah Uwais Al Qarni. Pemuda yang dibesarkan di bumi. Namun namanya terkenal di langit. Dialah pemuda yang dirindukan surga.