Dzulqarnain adalah seorang raja Romawi dan Persia. Terdapat perbedaan pendapat mengenai sosok Dzulqarnain. Beberapa ulama' menjelaskan bahwa dia adalah seorang nabi, namun ada juga yang berpendapat bahwa Dzulkarnain adalah seseorang yang sangat sholih dan taat kepada Allah.
Nama Dzulqarnain bukanlah nama aslinya melainkan sebuah julukan yang dapat diartikan sebagai "pemilik dua tanduk" atau "pemilik dua zaman". Dirinya mendapat julukan demikian sebab memiliki dua tanduk di kepalanya. Terdapat beberapa pendapat ulama' tafsir mengenai asal-usul julukan tersebut. Allah SWT telah memberikan kepadanya kekuasaan yang amat besar. Ia memiliki bala tentara yang banyak, alat perang yang dahsyat, dan benteng-benteng yang kuat pula.Oleh sebab itu, banyak negeri yang tunduk kepada Dzulqarnain. Bahkan raja di seluruh dunia pun juga hormat kepadanya, baik raja dari Arab maupun selain Arab. Suatu ketika, dirinya menempuh sebuah perjalanan ke barat, menurut seorang peneliti dari Mesir yang telah melakukan penelitian selama 10 tahun, Dr Anwar Qudri menyebutkan bahwa perjalanan Dzulqarnain ke barat adalah kawasan hulu Sungai Amazon di Brazil di Samudera Atlantik. Di sana Raja Dzulqarnain menemui sebuah kaum dari Bani Adam yang besar. Kemudian ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Raja Dzulqarnain kembali melanjutkan sebuah perjalanan ke arah matahari terbit di negeri bagian timur. Lalu sampailah Dzulqarnain ke negeri di belahan bumi bagian paling timur, daerah di mana terbitnya matahari. Di sana terdapat sebuah kaum yang tidak memiliki bangunan apa pun untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Bahkan pepohonan yang digunakan untuk berlindung dari sinar matahari saja tidak ada. Sa'id bin Jubair mengatakan, mereka ini berkulit merah, bertubuh pendek, tinggal di gua, dan pemakan ikan. Dzulqarnain lalu melanjutkan perjalanannya ke arah timur lagi sampai menemui dua buah gunung dengan satu lubang di antaranya. Pada celah itu, keluarlah Ya'juj Ma'juj untuk berbuat kerusakan, termasuk pada tanaman dan keturunan. Di depan gunung tadi, tinggallah sebuah kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka keterasingan bahasa sebab tinggal terlalu jauh dari umat manusia. Kaum tersebut meminta kepada Dzulqarnain untuk membuatkan sesuatu sebagai penghalang antara mereka dengan Ya'juj Ma'juj sang pembuat onar. Mereka bahkan sudah berniat membalas jasa Dzulqarnain dengan harta mereka. Namun dengan penuh kesucian, ketulusan, dan tujuan baik, Dzulqarnain berkata, "Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik." Artinya, Dzulqarnain tidak meminta imbalan dari mereka, melainkan ikhlas karena Allah SWT. Kemudian, Dzulqarnain meminta kaum tersebut untuk mengumpulkan potongan-potongan besi dan tembaga. Ia menumpuk besi-besi itu hingga tingginya sama dengan kedua puncak gunung tadi. Dzulqarnain lalu meminta penduduk kaum tersebut untuk meniup atau memanaskan besi tadi hingga luluh dan membentuk sebuah tembok penghalang yang besar. Atas izin Allah SWT, kerja keras Dzulqarnain dan kaum tersebut untuk membuat tembok pembatas dengan Ya'juj Ma'juj berhasil. Dinding ini sangat kuat hingga Ya'juj dan Ma'juj tidak akan sanggup memanjat bagian atas dinding tembaga tersebut dan tidak pula dapat melubanginya di bagian bawahnya. Ya'juj Ma'juj tidak akan pernah bisa keluar tanpa izin Allah SWT. Lalu kapan mereka akan keluar? Yaitu ketika janji Allah SWT sudah datang. Allah SWT akan merobohkan dinding itu dengan bumi sehingga Ya'juj dan Ma'juj bisa keluar dan bercampur dengan umat manusia sambil membawa kerusakan di mana-mana. As-Suddi mengatakan, "Yang demikian itu adalah pada saat mereka keluar ke tengah-tengah umat manusia. Semuanya itu terjadi sebelum hari Kiamat tiba dan sesudah munculnya Dajjal. Sebagaimana yang ada dalam firman Allah: حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ Artinya: Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS. Al-Anbiyaa ayat 96)